Minggu, 29 Maret 2009
“Selamatkan Hati Yang Terpasung”
Masih ingat Saat A’a Gym berdendang tentang senandung hati “ Jagalah Hati…. Jangan kau nodai, jagalah hati lentera hidup ini……”. Berangkat dari lagu ini tak disangkal lagi bahwa untuk bernyanyi tidak hanya memerlukan ketangkasan mulut tapi tak lepas dari kendali hati agar kita dapat menyampaikan pesan-pesan apa yang terselip dalam tiap baitnya. Akibat yang ditimbulkan bila bernyanyi dengan menyentuh hati secara merepeat Lagu diatas, tanpa sadar bisa membuat menganak sungai dipipi. Kapan itu Bisa terjawab…???
Disaat kita bangun dari tidur dan mulai menguakkan daun jendela, apa yang kita temukan…..? “Bapak memperkosa anak kandungnya, Pejabat KKN yang tak pernah tersentuh hukum, Seorang anak membunuh ibu kandungnya, Mahasiswa di Kejar Aparat dan bla-bla", sekelumit sarapan pagi sudah terhidang di meja makan kita. Padahal kemaren sebelum tidur malam mungkin saja kita baru mengasah lidah dengan anak kesayangan dan istri tercinta, tak pelak lagi mungkin pembantupun terkena goresan ketajaman lidah kita yang mengkilap tanpa kita sadari bahwa hati nurani masih mempunyai nafas.
Di kantorpun yang yang penuh dengan kolega dan dihuni oleh otak – otak intelek masih saja mempunyai hobbi sikut sini sikut sana, yang penting kitalah diatas kitalah dewa !! seolah semua urusan tergenggam dalam lima kepalan jari kita, yang lain ngeh. Dan bawahan yang tak kalah hebatnya dari atasan, sudah mengambil sepak terjang dengan beribu jurus ancang-ancang, pratek suka pasang muka siap di lakoni, ABS (Asal Bapak Senang) mungkin dalam pemikirannya wajah atasan bisa pindah menempel ke wajahnya, wallahu’allam. Semua golongan hampir melupakan hati.
Kadang-Kadang kita merasa terbahak di atas penderitaan orang- orang yang tersakiti, merasa menang karena mulut kita bertuah, merasa bangga dengan kedudukan yang merajakan kita, jangan..!!! semua itu hanya bunga-bunga dunia kalau tak hati-hati durinya bisa menggigit, seperti kata pepatah Senjata Makan Tuan.
Sudah saatnya kita berbenah diri, meneruka kegelapan hati yang slama ini telah terabaikan. Kita mungkin tak sadar dan mungkin terkhilaf, berapa banyak hati yang terkasar dan telah menerima cap hitam dari segala gerak tingkah dan action yang mencuap dalam diri.
Pakaian yang merupakan tameng keangkuhan dan aksesoris indera yang melekat pada diri telah memasung hati. Keegoan, kelicikan, kemunafikan, kesombongan dan masih banyak lagi sederatan minus lainnya, karena kita slalu berkaca pada mulutisme dan nafsuisme. Jika menengok kebelakang serasa bayangan hitam slalu mengiringi sambil mengejek dan mencibir, sadarkah kita betapa banyak raport merah kita ???
Tak perlu rasanya kita mempolitisir hati dengan berbagai retorika-retorika untuk menunggu perubahan, marilah kita tanpa malu menanggalkan Jubah Yang menjadi boomerang teramputasinya hati untuk memoles dan mendandani kembali hati yang sudah mulai mengerut. Supaya virus-virus nakal yang bersemayam terproteksi dengan seberapa banyak kita bisa menyiram hati dengan beribu sujud kepadaNYA. Tak rindukah kita, jikalau hati kita bisa bersalaman ?? Bercengkrama tanpa pendeteksi curigaisme.
Sebagai wejangan yang di kutip dari sabda rasulullah SAW :
“Barang siapa merasa menganiaya kepada saudaranya ( karena Seagama ), baikpun mengenai keperwiraanya ( seperti menyakiti hatinya, menghinakan, mencemoohkan, mencela, dan lain-lainnya) ataupun yang mengenai bendanya (seperti hutang-piutang, menipu atau ringkasnya mengambil harta saudaranya itu tanpa mendapatkan halalnya ), maka baiklah meminta halalnya sekarang ini kepada saudaranya tersebut, yaitu pada hari ini ( yakni ketika masih sama-sama berada di atas dunia ) sebelum datangnya suatu hari yang tidak bermanfaat lagi uang dinar atau emas dan dirham atau perak. Jikalau yang menganiaya itu mempunyai amal sholeh, lalu diambillah sekedar penganiayaannya dan jikalau tidak mempunyai kebaikkan, maka yang dianiaya tersebut di ambil keburukannya, lalu dipikulkan kepada orang yang menganiaya tersebut “. Diriwayatkan oleh Imam Bukhri dan sahabat abu Hurairah r.a.
Cobalah tuk bertafakur, bertamu dan bertanya pada hati,
Kita berada pada bagian yang mana..?
Silahkan dicicipi dan dikunyah-kunyah.
Sejauh mana hati kita sudah bermain.
Tafakur Hati 11- may - 2004
Di Beranda Agam – Sumatera Barat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar