Senin, 27 April 2009

Orangtua Perlu Melek Media

KOMPAS.com — Di tengah kondisi anak terkepung media, orangtua perlu melek media pula dan peduli. Sebagian besar waktu anak dihabiskan di depan media, terutama televisi, video game, dan internet. Hal itu terungkap dalam acara seminar guru bertajuk "Media Literasi; Literasi Abad 21", Minggu (26/4). Seminar tersebut rangkaian dari kegiatan World Book Day 2009 yang dimotori oleh Forum Indonesia Membaca. Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung sekaligus pengamat media, Santi Indra Astuti, mengatakan, isi dari media-media tersebut tidak seluruhnya baik sehingga bisa memberi pengaruh negatif kepada anak. Beberapa persoalan tayangan yang disoroti Santi, antara lain, muatan tontonan yang bermasalah, seperti mengandung kekerasan dan erotisme. Masalah lainnya ialah jam tayang yang sembarangan dan pelabelan yang tidak tepat. Masih terdapat tayangan mengandung adegan kekerasan, tetapi diberi label SU atau Semua Umur yang berarti tontonan dapat dinikmati semua umur tanpa perlu bimbingan. "Tayangan sinetron yang mengambil latar di sekolah, misalnya, marak adegan penindasan teman sebaya dan gambaran guru yang aneh seperti galak berlebihan. Sekolah digambarkan bukan sebagai tempat menyenangkan," ujarnya. Santi mengatakan, orangtua yang melek media akan menyeleksi jenis dan isi bagi anaknya. Selain itu, mereka mengatur jam anak untuk menonton televisi dengan disiplin dan mengondisikan para penghuni rumah lainnya mengikuti aturan tersebut, walaupun itu tidak mudah. Orangtua juga perlu mendorong anak mengisi waktu luang dengan kegiatan yang energik, kreatif, dan menyenangkan. Saat mengakses media, anak diajarkan untuk memahami isi dan mengapresiasinya, baik dari sisi positif maupun negatif. Salah seorang pembicara lain, psikolog dan pengamat pendidikan Najelaa Shihab mengatakan, orangtua tidak bisa menghindari kepungan tersebut, tetapi dapat mengontrol waktu dan isi yang dapat dikonsumsi anak dari media sedini mungkin. Usia di bawah dua tahun, misalnya, belum saatnya anak diperkenalkan dengan televisi. Semakin dini anak diajarkan cara menikmati media semakin baik. Media berwajah dua yakni mendorong hal positif atau selebihnya menanamkan pengaruh negatif. Pihak media sendiri harus dengan penuh kesadaran mengembalikan agar fungsi media tidak sekadar menjadi hiburan, lebih penting lagi sebagai pembelajaran bagi masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar