Senin, 04 Mei 2009
Terobos Mimpi Komputer di Desa dengan 'Desktop Virtual'
detiknet.Jakarta - Untuk anak-anak yang bersekolah di kota besar, komputer bukanlah sesuatu yang baru dan asing. Banyak sekolah di Jakarta, bahkan mulai dari yang masih tingkat 'Taman Bermain' pun sudah memiliki fasilitas dan akses untuk belajar komputer bagi murid-muridnya.
Namun, apa kabar dengan sekolah yang letaknya di desa-desa terpencil? Apalagi kita tahu bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negeri yang masih memiliki banyak sekali desa-desa terpencil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Sulit rasanya membayangkan sekolah yang berada di sebuah desa kecil berjarak ratusan kilometer dari kota terdekat, dan dengan pasokan listrik terbatas, dapat menyediakan fasilitas komputer bagi para muridnya, apalagi memberikan pelatihan menggunakan komputer.
Padahal, suka atau tidak, sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi adalah bahwa anak-anak sekolah, di mana-pun mereka berada, harus sudah dipersiapkan untuk menghadapi era digital. Komputer kini juga merupakan salah satu sarana yang dapat membantu memperluas cakrawala dan pengetahuan, tidak saja untuk siswa, namun juga bagi guru sebagai pengajar di sekolah.
Oleh itu, untuk memenuhi kebutuhan akan akses komputer bagi semua siswa dan guru ini, diperlukan sebuah teknologi yang mampu memberikan solusi tepat agar memungkinkan semua sekolah, termasuk yang berada di wilayah terpencil sekalipun, dapat menikmati akses teknologi komputer.
Menyadari permasalahan akses komputer yang belum merata bagi semua orang, serta menyadari pentingnya sarana modern ini, tak terkecuali bagi dunia pendidikan, telah hadir sebuah teknologi baru yang menghapus semua halangan bagi sekolah dalam usaha menyediakan akses teknologi ini bagi murid dan guru.
Adalah teknologi 'desktop virtual', yang coba menjembatani kesenjangan digital serta melibas keterbatasan infrastruktur, jarak yang terpencil, hingga keterbatasan dana sekolah untuk memiliki fasilitas komputer. Sehingga tidak mengherankan jika kecanggihan teknologi 'desktop virtual' ini telah dimanfaatkan oleh banyak institusi pendidikan di seluruh dunia. Dunia pendidikan, khususnya di negara-negara berkembang yang memiliki dana terbatas, akhirnya dapat menikmati akses komputer bagi semua.
Mari kita membahas bagaimana cara kerja teknologi 'desktop virtual' ini serta solusi yang diberikan untuk setiap permasalahan kesenjangan digital yang ada sebelumnya:
Prinsip Kerja 'Desktop Virtual'
Komputer di era sekarang sudah begitu canggihnya dan memiliki kapasitas yang sangat besar. Sementara di lain pihak, umumnya aplikasi yang terdapat pada sebuah komputer membutuhkan kapasitas yang sangat kecil. Artinya, sangat banyak kapasitas komputer yang tidak terpakai alias mubazir. Nah, kapasitas yang mubazir dari sebuah komputer model PC inilah yang dimanfaatkan oleh desktop virtual sehingga dapat digunakan bersama oleh banyak orang sekaligus.
Dengan kata lain, teknologi desktop virtual ini mampu menduplikasi sebuah komputer model PC menjadi banyak. Caranya cukup dengan menyediakan monitor, keyboard dan mouse tambahan yang lalu disambungkan ke satu komputer PC menggunakan sebuah alat kecil sederhana yang harganya sangat terjangkau. Dengan demikian, maka hanya dengan modal satu komputer saja namun banyak pengguna dapat menikmati akses komputer sebagaimana layaknya memiliki banyak komputer.
Biaya dan Daya Terbatas
Teknologi desktop virtual merupakan solusi atas masalah utama yang umumnya menjadi penghalang terbesar bagi sekolah kecil atau yang berada di desa terpencil, yaitu masalah biaya untuk membeli komputer serta biaya perawatan yang tinggi.
Alat untuk menikmati 'desktop virtual' dapat diperoleh dengan harga di bawah Rp 1 juta untuk setiap pengguna. Namun, meski harganya murah, performa kerja desktop virtual sangat bisa diandalkan, dan bahkan jauh lebih tahan banting.
Kesulitan lain yang dihadapi sekolah-sekolah kecil dan yang berada di daerah terpencil adalah keterbatasan pasokan listrik. Sebuah komputer biasa membutuhkan setidaknya 110 watt tenaga listrik. Coba bandingkan dengan desktop virtual yang membutuhkan cuma satu watt listrik saja.
Secara keseluruhan, ruangan komputer sekolah hanya memerlukan generator kecil untuk mensuplai listrik tanpa henti, sehingga semua murid sekolah dapat menggunakan komputer mereka kapanpun.
Akhirnya, semua solusi berujung pada pertimbangan penting yaitu biaya jangka panjang dalam berinvestasi untuk penyediaan sarana komputer. Umumnya masa guna komputer PC berkisar tiga hingga lima tahun. Artinya, dalam masa tersebut, komputer perlu diganti atau setidaknya di-upgrade agar sesuai dengan perkembangan teknologi dan fungsinya.
Hal ini berarti beban finansial yang cukup besar untuk pengadaan komputer baru ataupun untuk meng-upgrade. Namun dengan solusi desktop virtual, karena hanya menggunakan satu komputer saja, maka saat dirasa perlu mengganti komputer, cukup mengganti satu komputer saja untuk meng-upgrade sekian banyak desktop.
Alat penghubung desktop virtualnya sendiri tidak perlu diganti – cukup dengan menghubungkan kembali alat tersebut ke komputer PC baru, maka setiap pengguna dapat menikmati kinerja yang lebih baik sesuai performa komputer yang sudah ditingkatkan tersebut.
Dengan solusi atas tiga masalah utama sebagaimana dijelaskan di atas, maka akses pendidikan komputer bagi anak-anak sekolah yang tinggal di daerah terpencil sekalipun semakin terbuka. Para murid dan guru bisa mendapatkan sarana yang lebih banyak untuk memperluas cakrawala dan pengetahuan mereka, sehingga memiliki lebih banyak pilihan berkarir untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar