Kamis, 02 April 2009
Sarkozy Mengancam Kacaukan G-20
LONDON, KOMPAS.com — Perancis mengancam akan mengacaukan pertemuan G-20 jika pertemuan tidak dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.
Kanselir Jerman Angela Merkel, walau tidak seekstrem Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, mengatakan akan memeriksa hingga titik koma komunike G-20.
Sehubungan dengan itu, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown di London, Rabu (1/4), menyerukan agar G-20 bersatu memulihkan kepercayaan sehingga krisis global dapat di atasi.
KTT G-20 dilangsungkan pada 2-4 April di London. Tujuannya adalah membahas tindakan agar ekonomi global cepat keluar dari krisis.
”Saya menginginkan hasil, tidak ada pilihan lain. Krisis ini amat serius. Kita bertemu untuk menghasilkan sesuatu,” kata Sarkozy di Paris, Selasa sore, sebelum bertolak ke London.
”Saya tak mau bergabung dengan pertemuan yang salah yang ditutup dengan pernyataan kosong dan tidak menangani masalah yang tengah kita hadapi. Sebuah kursi kosong merupakan pertanda kegagalan sebuah pertemuan,” kata Sarkozy.
Menteri Keuangan Perancis Christine Lagarde mengatakan, Sarkozy tidak akan menandatangani komunike G-20 jika tidak memenuhi keinginannya.
Draf komunike sudah beredar dan sedianya sudah siap diteken. Namun, Sarkozy mengubah keadaan dengan ancaman-ancamannya. Kebocoran draf komunike membuat para deputi dan staf para pemimpin G-20 mengulang penyusunan draf dari awal.
”Komunike bocor dan ini menimbulkan ketidaksenangan tuan rumah PM Gordon Brown. Sumber kebocorannya adalah salah satu negara Eropa yang merasa bahwa komitmen dari komunike yang ada kurang mewakili kepentingan mereka. Sekarang terjadi perubahan drastis. Sejak Selasa malam sampai Rabu pagi pembahasan draf dimulai lagi dari nol,” kata Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menteri Koordinator Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di London, Rabu.
Titik perbedaan
Ada beberapa titik utama perbedaan di antara anggota G-20. Eropa, dipelopori Perancis dan Jerman, menekankan pentingnya aturan yang lebih ketat atas kegiatan sektor keuangan global. Hal serupa selalu menjadi penekanan PM Brown.
Eropa, lewat Bank Sentral Eropa (ECB), menilai, akar masalah sekarang adalah mandeknya kucuran kredit lembaga keuangan bank dan nonbank, khususnya di AS, yang tak menjaga rambu-rambu bisnis.
Eropa, lewat trio Inggris, Jerman, dan Perancis, juga mengatakan, perilaku sektor keuangan yang liar didukung keberadaan negara-negara surga pajak. Negara-negara ini menjadi ajang yang leluasa bagi lembaga keuangan, spekulan, dan hedge fund tanpa bisa diusut.
Aksi-aksi mereka telah menjerumuskan perbankan global ke gelombang kebangkrutan dan menggerogoti modal. Dampaknya, terhentinya aliran kredit, aliran pembiayaan perdagangan, dan memberikan efek domino ke sektor riil berupa terganggunya kesinambungan dunia usaha.
Oleh karena itu, Sarkozy juga menginginkan penertiban atas sepak terjang safe haven yang memfasilitasi spekulasi dan tindakan liar sektor keuangan.
Presiden Obama
Perancis dan Jerman mempertegas perbedaan dengan AS. Eropa menginginkan regulasi dan penertiban safe haven menjadi fokus. AS menginginkan lebih banyak pengucuran anggaran pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan agar ekonomi global keluar dari krisis.
Negara-negara Eropa kurang sepakat dengan cara ini karena khawatir beban utang pemerintah akan terlalu besar. Eropa amat ketat menjaga defisit anggaran, maksimal 3 persen dari produksi domestik bruto.
Presiden AS Barack Obama menepis adanya perbedaan cara pandang untuk mengatasi krisis. ”Peraturan dan stimulus sama perlunya,” kata Obama.
Sarkozy bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel. Keduanya sepakat bahwa jika tidak ada kesepahaman di antara para pemimpin G-20, mereka tidak akan menandatangani komunike. ”Baik Perancis maupun Jerman tidak puas dengan rancangan komunike G-20,” ujar Sarkozy.
Merkel menambahkan, dia berangkat ke London dengan perasaan bercampur antara keprihatinan dan keyakinan diri.
”Kami berada dalam gelombang yang sama, Paris dan Berlin akan membawa visi Eropa berdasarkan nilai-nilai Eropa,” ujar Sarkozy.
Namun, juru bicara Merkel mengatakan, ”Walau dalam beberapa hal sepaham, ancaman Presiden Sarkozy keluar dari pertemuan G-20 bukan ide baik.”
Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, KTT G-20 juga dipenuhi dengan aksi protes. Ribuan demonstran berkumpul di pusat kota London. Aksi yang semula damai itu akhirnya menjadi rusuh karena bentrokan demonstran dengan polisi.
Demonstran merusak jendela bank di pusat keuangan London. Mereka memprotes sistem keuangan global yang mereka anggap telah merampok hak-hak kaum miskin dan hanya menguntungkan kaum kaya.
Ratusan demonstran memecahkan jendela salah satu kantor cabang Royal Bank of Scotland (RBS).
Bank itu diselamatkan Pemerintah Inggris dengan suntikan dana pada Oktober tahun lalu. RBS menjadi sasaran kemarahan masyarakat karena mereka beranggapan bahwa para bankir sebagai penyebab krisis ini. (REUTERS/AP/AFP/joe)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
kirai blognya anak pramuka,
eh jngn lupa ya liat blog q www.papateam.blogspot.com or 085297817945
Posting Komentar