Allah swt telah memberikan kepada manusia begitu banyaknya karunia dan rahmatNya, dalam hal ini salah satunya adalah lidah kita sebagai sarana komunikasi lisan untuk menyampaikan informasi. Informasi yang disampaikan oleh seseorang bisa jadi hal yang sangat dibutuhkan orang lain demi kebaikan. Namun ada juga merupakan informasi mengenai perihal seseorang yang bisa jadi berita kejelekan seseorang. Dan ini lah perbuatan lidah yang sangat dibenci oleh Allah.
Perkataan yang baik adalah pembuktian kemusliman seseorang. Hendaknya setiap orang memastikan bahwa kata-kata yang akan diucapkannya benar-benar baik. Apabila kita tidak yakin akan dapat mengeluarkan kata-kata yang baik, diam itu lebih baik. Berkata yang baik tentunya akan lebih bermanfaat dibandingkan diam. Akan tetapi, menghindari akibat dari perkataan yang kurang baik akan lebih utama dibandingkan kita memaksakan berbicara yang akan berakibat jelek kepada diri sendiri maupun orang lain.
Ghibah (Menggunjing)
Pada suatu ketika menghadaplah seorang wanita yang sangat pendek badannya, menghadap kepada Nabi dalam suatu kepentingan, ketika wanita itu sudah keluar, maka Aisyah r.a berkata : “Betapa pendek wanita itu”. Mendengar perkataan Aisyah r.a, maka Rasul bersabda : “Wahai Aisyah, kamu telah menggunjingnya tentang kelemahan fisik wanita itu sehingga termasuk menyebarkan fitnah.
Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajak bicara akal, hati, perasaan dan jiwa, akhlak dan pendidikan. Agama yang mulia ini menggariskan adanya peraturan-peraturan agar seorang muslim dapat memiliki hati yang selamat, perasaan yang bersih, menjaga kehormatan lisan, dan menjaga rahasia pribadinya, serta dapat berakhlak mulia terhadap Rabb-nya, dirinya dan seluruh manusia. Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al Hujurat: 6)
Dalam surah Al Hujurat ayat 6 di atas, Allah swt mengingatkan orang-orang mukmin untuk selalu meneliti setiap kabar yang sampai kepada mereka sebelum mereka mengatakan itu kepada yang lain. Hingga setiap perkataan seorang mukmin dapat dijamin kebenarannya, sehingga fitnah dapat dihindari. Dalam sebuah ayat Al Qur’an, Allah swt berfirman,
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”. (QS. Al Israa’ : 36)
Kata Menggunjing atau Ghibah diartikan sebagai suatu perkataan mengenai suatu keadaan yang terdapat pada seseorang yang diceritakan kepada orang lain di mana hal tersebut sebenarnya sesuatu yang sangat tidak disukai orang tersebut. Jika hal tersebut benar adanya terdapat pada orang yang diceritakan keadaannya, maka si pencerita berarti telah menggunjing orang yang diceritakannya. Namun jika hal tersebut tidak benar adanya, maka ia telah menfitnah orang tersebut. Hal ini sebagaimana hadits yang diiriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
“Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan menggunjing?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Dikatakan, “Bagaimana pendapatmu apabila apa yang aku katakan memang ada pada dirinya?” Beliau menjawab, “Apabila apa yang kamu katakan itu memang ada pada dirinya berarti engkau telah menggunjingnya dan apabila apa yang katakan itu tidak benar berarti kamu telah memfitnahnya,” (HR. Muslim)
Sebab Ghibah
Beberapa alasan yang menyebabkan seseorang menggunjing orang lain adalah:
* Karena alasan meredakan amarah diri. Maksudnya, ketika ada seseorang yang membuat marah, maka ia lantas menggunjing orang tersebut hanya karena ingin meredakan amarah dirinya. Dengan alasan bahwa dengan menceritakan aib orang yang membuatnya marah dapat meredakan kemarahannya, seseorang membenarkan dirinya untuk menggunjing orang lain.
* Hanya karena ingin menyesuaikan diri dengan teman-temannya atau dengan alasan menjaga keharmonisan. Karena alasan pergaulan, banyak orang senang membicarakan perihal orang lain, yang mana itu bisa jadi tidak disukai oleh yang bersangkutan. Beberapa orang mengaku tidak percaya diri saat berkumpul dengan teman-teman jika mereka tidak mengetahui hal ihwal mengenai orang-orang di sekitarnya. Padahal hal tersebut yang dapat mendekatkan seseorang kepada ghibah sekaligus fitnah.
* Ingin mengangkat diri sendiri dan menjelek-jelekkan orang lain. Persaingan dalam kehidupan dapat mengakibatkan seseorang mengambil jalan lain untuk memberikan nilai buruk pada orang lain. Sehingga dengan menggunjing dan menceritakan aib seseorang, maka ia dapat memperoleh suatu perbandingan yang lebih baik terhadap orang yang dijelek-jelekkannya.
* Menggunjing untuk canda dan lelucon. Dia menggunjing seseorang dengan maksud membuat orang-orang tertawa. Hal ini sering terjadi di lingkungan kita, ketika dalam obrolan ringan seseorang menceritakan suatu kejadian yang terjadi pada orang lain yang bertujuan untuk membuat lawan bicaranya tertawa. Padahal hal ini menjadikan seseorang berbuat ghibah atau bohong atas cerita yang dikatakannya.
Prasangka Pangkal Ghibah
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pergaulan, manusia dihadapankan pada karakter manusia yang berbeda-beda satu sama lain. Tidak sedikit dari karakter seseorang yang ada dalam lingkungan kita, tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Dari tingkah laku maupun perkataan seseorang dapat menimbulkan pemikiran yang berbeda dalam hati kita. Dan dengan demikian dapat menimbulkan prasangka yang bermacam-macam dalam hati. Allah swt melarang seorang mukmin berprasangka terhadap orang lain, apalagi sampai berburuk sangka. Dalam beberapa ayat Al Quran, Allah swt berfirman,
“Dan supaya Dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (QS. Al Fath : 6)
Dalam ayat lain dalam Al Qur’an, Allah swt berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Hujurat : 12)
Berprasangka terhadap seseorang dilarang oleh Rasulullah dalam beberapa hadits. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda,
“Takutlah kamu terhadap prasangka. Sebab sesungguhnya prasangka adalah sedusta-dusta pembicaraan. Janganlah kamu mencari-cari dan meneliti kesalahan orang lain, janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling belakang membelakangi . Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana Allah telah memerintahkan kepadamu. Orang muslim adalah saudara muslim yang lain, tidak saling menzhalimi, tidak saling merendahkan dan tidak saling menghina. Takwa adalah di sini, takwa adalah di sini”, (sambil Rasulullah menunjuk ke a rah dada. Kemudian melanjutkan sabdanya :) “Cukuplah keburukan bagi seseorang dengan menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim adalah haram atas muslim yang lain akan darah, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuhmu dan rupamu, tetapi Allah melihat kepada hatimu”. (HR. Muslim)
Dalam hadits lain mengenai prasangka, Rasulullah saw bersabda,
“Berhati-hatilah terhadap purbasangka. Sesungguhnya purbasangka adalah ucapan paling bodoh”. (HR. Al-Bukhari)
Dari sini kita dapat mengerti bahwa prasangka terhadap seseorang yang ada di sekitar kita adalah suatu hal yang dapat menimbulkan perbuatan ghibah terhadap orang tersebut dan kita telah melakukan perbuatan lidah yang sangat dibenci oleh Allah dan RasulNya. Keburukan dari prasangka juga dapat mempengaruhi perasaan kita, sehingga kita akan selalu merasa was-was dan ragu terhadap apa yang ada pada kita dan lingkungan.
Larangan dan Ganjaran atas Ghibah
Pada ayat-ayat Al Qur’an maupun Hadits Rasulullah saw, menggunjing atau ghibah sungguh dilarang untuk dilakukan oleh seorang mukmin. Larangan ini begitu keras hingga untuk hanya berprasangka saja merupakan perbuatan yang dilarang. Perbuatan menggunjing di sini ialah termasuk mengumpat maupun mencela orang lain dengan menceritakan kejelekan ataupun keadaan orang tersebut kepada yang lain. Beberapa ayat-ayat Al Qur’an yang berkenaan dengan menggunjing antara lain:
1. Menggunjing itu seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati.
Dalam surah Al Hujurat ayat 12, Allah swt menegaskan,
“…Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya…”
2. Menggunjing termasuk menyampaikan cerita-cerita bohong tentang orang lain.
Dalam surah An Nuur ayat 15, Allah swt berfirman,
“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah benar”.
3. Menggunjing termasuk perbuatan zalim
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah swt dalam surah Al Hujurat ayat 11 yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim“
Sebagaimana diharamkan seseorang melakukan ghibah dan mendengarnya, diharamkan juga mendengarkannya dan mendiamkan perbuatan tersebut. Oleh karena itu wajib membantah orang yang melakukannya. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Darda’ dari Nabi saw. bersabda,
“Barangsiapa membela kehormatan saudaranya maka Allah menghalangi wajahnya dari api neraka di hari kiamat,” (HR. Tirmidzi)
Orang yang senantiasa mengumpat orang lain dan mencari-cari kesalahannya akan disiksa oleh Allah dengan siksaan yang berat. Yakni mencakar-cakar muka dan dada sendiri dengan kuku yang terbuat dari tembaga. Hal ini sebagaiamana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
“Ketika aku dim’rajkan, aku melintasi suatu kaum yang memiliki kuku terbuat dari tembaga sedang mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri. Lalu aku bertanya, ‘Siapa mereka wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Mereka yang memakan daging manusia dan melanggar kehormatan mereka‘,” (Shahih, HR Abu Dawud)
Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw pernah berjalan melewati 2 (dua) kuburan, kemudian beliau bersabda : “Sesungguhnya 2 (dua) orang ahli kubur itu disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Ya, benar. Sesungguhnya dosa itu adalah besar. Salah seorang di antara keduanya adalah berjalan di muka bumi dengan menyebarkan fitnah (mengumpat). Sedang salah seorang yang lain tidak bertirai ketika kencing”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Sahl bin Sa’ad r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Barangsiapa memberikan jaminan kepadaku terhadap apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang berada di antara dua pahanya, maka aku memberi jaminan surga baginya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits di atas disebutkan bahwa seseorang akan dijamin keselamatan akhiratnya jika ia sendiri bisa menjamin apa yang berasda di antara dua rahangnya dan dua pahanya, dan apa yang ada di antara dua rahangnya adalah lidah atau perkataannya. Karena sesungguhnya perbuatan lidah ini akan sangat banyak dampak yang dapat ditimbulkan olehnya. Orang yang membicarakan yang tidak berguna (batil) akan dimasukkan dalam neraka Saqor dan orang yang suka mencela dan mengumpat akan dimasukkan dalam neraka Huthomah.
Yang Bukan Termasuk Ghibah
Ada beberapa yang menyebabkan suatu perkataan mengenai hal atau keadaan seseorang yang diceritakan kepada orang lain itu tidak termasuk ke dalam ghibah, antara lain:
1. Untuk mengenali identitas seseorang hingga tidak ada kata lain yang dapat digunakan. Seperti halnya, mengatakan a’war (orang yang matanya buta sebelah) hingga tidak kata lain yang dapat digunakan untuk mengenalinya.
2. Bila hal yang dikatakan mengenai seseorang benar-benar dilakukannya di depan khalayak ramai.
3. Bila perkataan yang dikatakan itu merupakan pembelaan atau bantahan mengenai seseorang yang digunjingkan. Misalkan saat mendengarkan seseorang menceritakan sesuatu tentang orang lain yang didengarnya dari seseorang, dan orang yang mendengarkan mengatakan bahwa cerita itu adalah dari seorang yang tidak benar ucapannya (suka berdusta atau bergunjing).
4. Membicarakan suatu perbuatan jelek seseorang baik yang terjadi pada dirinya maupun orang lain sebagai kesaksian di depan Hakim.
Penutup
Dari pembahasan di atas, kita dapat mengambil suatu intisari bahwa membicarakan perihal orang lain, apalagi hal yang buruk adalah suatu perbuatan yang sangat buruk dan dibenci oleh Allah swt dan RasulNya. Sedangkan setiap mukmin diserukan untuk menjauhi prasangka yang menjadikannya menggunjing orang lain, apalagi jika seorang mukmin menggunjing orang lain. Karena dengan menggunjing orang lain dapat mendekatkan kita juga kepada fitnah. Dan ingatlah bahwa setiap perkataan yang dikeluarkan oleh lisan kita akan mendapatkan perhitungan dari Allah swt. Allah swt berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Hujurat : 12)
Wallahu A’lam bishawab
Referensi:
1. Assunnah / Bani Murro, Bahaya menggunjing, www.mail-archive.com/assun
2. Arief Hamdani, Menggunjing (Ghibah), www.mevlanasufi.blogspot.c
3. Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Larangan Menggunjing Orang Lain, www.alislamu.com : 2009
4. Depnakertrans File, Larangan Berburuk Sangka dan Menggunjing, www.depnakertrans.go.id : 2009
0 komentar:
Posting Komentar